Bengkel ini lebih mirip hanggar. Sangat besar untuk sekadar bayangan sebuah ruang praktek siswa sekolah menengah kejuruan. Di sinilah 15 dari seribu komponen mesin Esemka, yang telah menggelinding dalam rupa sebuah sport utility vehicle, berasal dan dirakit.
Tempo mengunjungi bengkel kerja siswa SMK 1 Jakarta, Kamis 5 Januari 2012. Sekolah memang masih libur, tapi aktivitas masih berdenyut di sana. Sopandi, misalnya, tampak mengutak-atik satu di antara puluhan mesin bubut yang ada di satu sudut. Dia dikelilingi sejumlah pemuda yang berasal dari perusahaan lokal, mitra kerja SMK 1 Jakarta.
Di sudut lainnya, segala peralatan bengkel otomotif, bangunan, listrik, serta teknik komputer dan jaringan bertebaran. Berada di dalam bengkel itu seperti hilang ingatan bahwa sekolah yang sedang diinjak dan tenar dengan nama Boedoet itu identik dengan tradisi tawuran pelajar di Ibu Kota.
Sopandi sendiri adalah guru dari jurusan permesinan. Dia bersama Agung Pramono, guru dari jurusan otomotif, ikut berperan mendampingi para siswa SMK 1 Jakarta dalam program Esemka. "Kami mengurusi cetakan dan material komponen, sedang bagian otomotif yang berperan dalam perakitan," katanya.
Total ada dua guru dan lima siswa dari SMK 1 Jakarta yang terlibat dalam perancangan, pembuatan, dan perakitan mesin Esemka. Mereka ikut dilibatkan bersama sejumlah SMK lainnya dalam program nasional itu per dua tahun lalu. Program dijalankan Kementerian Pendidikan Nasional.
Kepercayaan diberikan tak lepas dari prestasi sekolah itu menyabet gelar Juara II Olimpiade Sains Terapan Tingkat Nasional di bidang lomba fisika terapan pada tahun yang sama. Sejak itu identitas pelajar suka tawuran semakin luntur.
"Kami tidak pakai lari lagi, tapi lompat," kata Akhmad Nahyani, Wakil Kepala SMK 1 Jakarta Bidang Sarana dan Prasarana ketika ditemui di kantornya kemarin. "Ada prestasi yang dicapai."
Kini SMK 1 Jakarta bertekad terkenal dari bengkel mirip hanggar yang ada di samping gedung tua sekolah itu. Bengkel seluas 100 x 18 meter dengan tinggi atap yang hingga 7 meter itu juga rasanya memang masih lega untuk menampung kepercayaan dari program-program lainnya.
Wajar karena sekolah itu telah merintis menjadi sekolah kejuruan unggulan di bidang teknologi. "Mungkin karena ini sekolah tertua, lokasinya strategis, dekat dengan Istana, pencitraan sekolah ini bisa menjadi contoh," ujar Nahyani.
l MAHARDIKA SATRIA HADI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar