Hal ini disinggung Dahlan dalam kolom analisis bertajuk 'Hamil Tua untuk Lahirnya Putra Petir' yang terbit di laman Vivanews, Senin, (19/3/2012). Putra petir yang dimaksud adalah mobil listrik nasional.
Dalam tulisannya tersebut Dahlan bahkan menyarankan, jika perlu, langsung meminta izin ke Menteri Pendidikan dan Budaya untuk bisa menggunakan body mobil mobil rakitan sejumlah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Solo tersebut.
"Kita minta izin saja ke Mendikbud Bapak Muhammad Nuh untuk bisa menggunakan body mobil Esemka. Desain mobil Esemka yang terbaru, yang sudah disempurnakan di sana-sini (seperti yang saya lihat di pameran mobil Esemka di Universitas Muhammadiyah Solo bulan lalu) sudah sangat keren," seperti dikutipGhiboo.com dari kolom Meneg BUMN tersebut.
Saran Dahlan untuk menggunakan Esemka menjawab isi surat seorang pencipta microturbine, yang berkata siap membeli mobil Kijang untuk diganti mesinnya dengan mesin mobil listrik.
"Saya sampaikan padanya, jangan menggunakan merek mobil yang sudah ada. Kita belum minta izin kepada pemilik merek itu. Belum tentu kita boleh menggunakannya. Kalau sampai kita digugat energi kita habis untuk itu. Kita akan kelelahan. Kita akan susah. Kelahiran Putra Petir bisa gagal, " kata Dahlan seperti dikutip kembali dari kolom tersebut.
Menurut Dahlan mobil-motor listrik nasional sebenarnya sudah lebih dari 10 tahun dirintis Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Prototipenyapun sudah jadi.
"Kalau saya menghendaki segera naik mobil listrik yang mesinnya ciptaan LIPI, dalam hitungan dua-tiga bulan sudah bisa diwujudkan. Tinggal body-nya menggunakan mobil apa. LIPI tidak akan menciptakan body mobil. Bukan karena sulit, tapi karena sudah banyak yang mampu menciptakannya, " tulis Dahlan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar