Awal April lalu, Pixar Animation Studios mengumumkan rencananya untuk merilis sekuel dari film Finding Nemo pada tahun 2015. Sekuel tersebut, berjudul Finding Dory, akan fokus pada karakter ikan tang fish biru bernama Dory.
Dalam Finding Nemo, Dory muncul sebagai karakter pendukung. Tetapi, ikan yang lucu, ceriwis, dan pelupa itu ternyata disukai banyak orang, sehingga akhirnya mendapatkan jatah sebagai karakter utama dalam film Pixar berikutnya
. Sebagai salah satu studio animasi raksasa, Pixar memang ahli dalam membuat karakter-karakter yang “hidup”, yang mampu menarik simpati para penonton. Masih ingat Toy Story? Toy Story adalah film animasi 3D pertama besutan Pixar. Film yang dirilis pada tahun 1995 itu sukses merebut hati para penggemar film animasi berkat alur cerita yang menarik dan karakter-karakternya yang kuat.
Boneka Woody si cowboy, Buzz Lighyear si “space ranger”, Rex si Tyrannosaurus, dan Mr. Potato Head mewakili kenangan masa kecil banyak orang—bukan hanya Andy, anak kecil pemilik mainan-mainan di film tersebut.
Selain menampilkan karakter-karakter yang kuat dalam filmnya, Pixar juga selalu menghadirkan cerita-cerita berkualitas yang mengandung pesan moral, serta mampu memancing emosi para penonton.
Dalam Toy Story, misalnya, penonton disuguhi adegan-adegan emosional dan menggugah perasaan. Misalnya perseteruan antara Woody dan Buzz sebelum akhirnya mereka menjadi sahabat, kedekatan antarkarakter, serta perasaan sayang Andy terhadap mainan-mainannya.
Meskipun baru menunjukkan taringnya pada tahun 1995, atau setelah Toy Story dirilis, sebenarnya perjalanan bisnis Pixar telah dimulai sejak tahun 1986. Steve Jobs adalah salah seorang jenius yang turut mengembangkan studio animasi tersebut hingga sukses seperti saat ini.
Buku The Pixar Touch: The Making of A Company yang ditulis oleh David A. Price, mengisahkan sejarah kelahiran Pixar dan perkembangan bisnisnya. Buku ini memaparkan fakta-fakta menarik seputar Pixar, yang tidak umum diketahui orang. Salah satunya, fakta bahwa justru Pixarlah—bukan Apple—yang membuat Steve Jobs menjadi kaya raya.
Sejarah Pixar dimulai pada tahun 1960-an, di University of Utah, AS. Ada beberapa mahasiswa berprestasi yang belajar ilmu komputer di universitas itu. Selain John Warnock (co-founder Adobe Systems Inc.) dan Jim Clark (co-founder Netscape), ada pula Edwin Catmull (co-founder Pixar).
Lulus kuliah, Catmull direkrut oleh New York Institute of Technology (NYIT) untuk memimpin lab computer-graphics di kampus tersebut. Di sana, dia berkenalan dengan Alvy Ray Smith, yang kini dikenal sebagai salah satu pionir di bidang computer-graphics. Kedua orang inilah yang di kemudian hari dikenal sebagai pendiri Pixar.
Di masa itu, George Lucas sudah berkiprah sebagai pembuat film lewat perusahaan yang dia dirikan, Lucasfilm. Pada tahun 1970-an, Lucas merekrut beberapa staf dari NYIT untuk bergabung dalam tim divisi computer-graphics di Lucasfilm. Termasuk di antaranya adalah Catmull dan Smith. Di Lucasfilm, mereka diberikan tanggung jawab untuk mengurus soal algoritma pemrograman animasi.
Cerita berlanjut. Pada tahun 1983, John Lasseter dipecat dari pekerjaannya sebagai animator di Walt Disney Co. Catmull yang mengetahui hal itu, mengajak Lasseter untuk bergabung dalam timnya di Lucasfilm. Hal ini membuat Lasseter menjadi orang pertama yang menerapkan prinsip-prinsip animasi klasik ala Disney ke dalam animasi komputer.
Pada tahun 1980-an, bisnis animasi masih sangat sulit. Karena itu, pada tahun 1986, George Lucas memutuskan untuk merampingkan bisnisnya dan menjual divisi computer-graphics kepada pembeli yang paling potensial, yakni Steve Jobs, co-founder Apple sekaligus pendiri perusahaan komputer NeXT. Jobs membeli bisnis milik Lucas tersebut seharga 5 juta dollar AS, lalu mengganti namanya menjadi Pixar.
Pada awalnya, Pixar masih merupakan perusahaan produsen komputer animasi. Sebelum menjadi studio animasi besar seperti yang kita kenal saat ini, Pixar harus melalui tahun-tahun penuh perjuangan dan mengalami kerugian hingga jutaan dollar.
Perusahaan ini memulai debutnya sebagai perusahaan animasi ketika mereka membuat film animasi pendek berjudul Luxo Jr. dan Tin Toy. Kedua film pendek inipun awalnya dirilis hanya untuk membantu promosi dan penjualan produk komputer Pixar.
Tin Toy ternyata menuai sukses dan disukai banyak orang. Film ini memenangkan Academy Award untuk kategori film animasi pendek pada tahun 1988. Dari film ini, tim Pixar belajar bahwa aspek terpenting dalam membuat film animasi adalah ceritanya yang menarik—bukan teknik grafisnya.
Kesuksesan Tin Toy membuat Disney melirik Pixar untuk diajak bekerja sama. Akhirnya, pada tahun 1991, kedua perusahaan ini membuat perjanjian kerja sama. Pixar akan memproduksi tiga film animasi, dan Disney akan mendistribusikan dan memasarkan film-film tersebut.
Film animasi pertama yang dihasilkan melalui kerja sama itu adalah Toy Story yang dirilis pada tahun 1995. Film ini sukses dan meraup penghasilan hingga ratusan juta dollar AS dari seluruh dunia. Seminggu setelah Toy Story dirilis, Pixar melakukan IPO (initial public offering) dan saham yang dimiliki Steve Jobs saat itu bernilai 1,1 miliar dollar AS.
Setelah Toy Story, film-film animasi 3D buatan Pixar kembali meraih sukses di layar lebar. Sebut saja A Bugs's Life (1998), Toy Story 2 (1999), Monsters Inc. (2001), Finding Nemo (2003), The Incredibles (2004), Cars (2006), Ratatouille (2007), WALL-E (2008), Up (2009), Toy Story 3 (2010), Cars 2 (2011), dan Brave (2012).
Pada tahun 2006, Disney membeli Pixar dengan nilai 7,4 miliar dollar AS. Akuisisi ini menempatkan Steve Jobs—yang tetap menjadi pemegang saham terbesar di Pixar—ke dalam jajaran direksi Disney. Sementara, Lasseter menjadi Chief Creative Officer untuk Pixar dan Walt Disney Animation Studios, dan Catmull menduduki posisi Presiden di kedua studio animasi itu.
Sekarang, Pixar bukan hanya sekadar studio animasi. Inovasi-inovasi yang dilakukan oleh perusahaan ini dapat kita nikmati di berbagai film layar lebar. Contohnya, seperti disebut dalam buku The Pixar Touch, adalah film Pirates of the Caribbean: Dead Man’s Chest, The Chronicles of Narnia: The Lion, The Witch and The Wardrobe, Harry Potter and the Order of the Phoenix. Beragam efek khusus yang ada dalam film-film tersebut diciptakan menggunakan software buatan Pixar.
Sumber:
*