Dalam kompetisi yang diikuti sejumlah negara di Asia Pasifik itu, Firman menunjukkan sejumlah celah yang ada pada cara kerja Near Field Communication (NFC). Celah ini memungkinkan seseorang bisa menduplikasi kartu demi kepentingan tertentu.
"Saya buat aplikasi yang mampu membaca data di dalam kartu tersebut, termasuk jenis kartu yang digunakan," kata Firman, saat berbincang dengan sejumlah media di kawasan SCBD.
Niat Firman memang bukan untuk menciptakan aplikasi yang bisa membajak kartu NFC, tapi ia dan timnya di lab BlackBerry Inovation Center ITB ingin membuat suatu sistem pembayaran berbasis NFC.
"Pada saat proses pembuatan aplikasi tersebut baru saya menyadari adanya celah yang berbahaya," jelas mantan finalis Abang None 2010 itu.
Celah yang dimaksud Firman itu terdapat pada kartu NFC generasi pertama, dan kartu jenis ini masih banyak sekali dipakai untuk akses ke sebuah fasilitas. Sedangkan sektor perbankan kebanyakan sudah memakai kartu generasi ketiga yang aman dari ancaman tersebut.
"Tapi sayangnya kebanyakan masih memakai kartu NFC generasi pertama," sergah Firman.
Melihat betapa pentingnya temuan ini, maka karya Firman yang bertajuk 'Detection of Security Vulnerability in Indonesia NFC Application' dinobatkan sebagai The Best Paper dalam kompetisi tersebut.
Atas kemenangannya itu Firman berkesempatan mengikuti Kaspersky’s CyberSecurity for the Next Generation tingkat global. Di sini ia akan diadu melawan para jawaran kontes serupa dari wilayah Amerika, Rusia, dan Eropa pada bulan Juni 2013 di Royal Holloway, University of London.
CyberSecurity for the Next Generation 2013
Acara CyberSecurity for the Next Generation 2013 sendiri telah berlangsung pada 21-23 Maret 2013 lalu di National University of Singapore (NUS). Acara yang digagas Kaspersky itu memilih 15 finalis di antaranya dari Australia, Hong Kong, India, Indonesia, Jepang, Iran, dan Afrika Selatan, masing-masing negara itu mengirim 1 orang finalis.
Sedangkan negara lain yang ikut berpartisipasi adalah Malaysia dengan 5 orang finalis, dan Filipina yang mengirim 3 orang finalis. Peserta pun berasal dari berbagai tingkat pendidikan mulai dari sarjana, master, hingga doktor.
Kompetisi tersebut dinilai oleh dewan juri yang terdiri dari peneliti ahli Kaspersky Lab, praktisi TI, serta jurnalis. Penilaian didasarkan pada tingkat keilmiahan dan metodologi, hubungan dan relevansi sosial, tujuan dan analisis materi, nilai inovasi dan kepraktisan, serta penampilan pada saat presentasi.
Karya Firman Azhari, mahasiswa S2 Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STIE) ITB yang berjudul 'Detection of Security Vulnerability in Indonesia NFC Application' berhasil mengalahkan paper peserta lain. Bahkan karya ini dinobatkan sebagai The Best Paper.
Karya Firman sendiri merupakan sebuah penemuan tentang rapuhnya keamanan pada aplikasi-aplikasi yang menggunakan teknologi (near field communication) NFC sebagai salah satu key technology.
Aplikasi-aplikasi tersebut bervariasi mulai dari pembayaran untuk transportasi publik, hingga akses kontrol untuk gedung-gedung dengan standar keamanan yang tinggi.
"Saat presentasi, saya melakukan demonstrasi untuk memperlihatkan betapa cepat dan mudahnya mendapatkan identitas seseorang menggunakan perangkat Android. Tidak hanya untuk keperluan menyerang, saya juga menawarkan solusi untuk mengatasi orang-orang jahat di sekitar kita," jelas Firman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar